Tahukah kamu kalau balanitis ternyata berbeda dengan balanopostitis? Balanitis adalah peradangan yang terjadi di preputium (kulup), sedangkan balanopostitis merupakan peradangan yang terjadi di kulup hingga kepala penis. Balanopostitis lebih sering menyerang pria yang belum sunat karena biasanya kebersihan penis kurang terjaga dengan baik, sehingga dapat menyebabkan bakteri maupun jamur berkembang biak di dalamnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui apa saja gejalanya agar bisa segera ditangani dan mencegah risiko terjadi infeksi di area penis.
Gejala Balanopostitis
Gejala penyakit ini bisa berbeda pada masing-masing orang. Bahkan, terkadang kamu mungkin tidak merasakan gejala apapun pada awalnya. Namun, seiring waktu gejala ringan tadi bisa menjadi sangat parah apabila tidak segera teratasi. Balanopostitis dapat menyebabkan rasa tidak nyaman saat buang air kecil atau ketika kamu berhubungan seksual dengan pasangan.
Mengutip laman Healthline, berikut ini adalah gejala umum penyakit balanopostitis yang mungkin kamu rasakan, di antaranya:
- Rasa nyeri, penis terasa lunak, dan iritasi
- Perubahan warna penis
- Kulit sekitar penis bersisik
- Rasa gatal atau seperti sensasi terbakar
- Kulit di area penis menebal
- Fimosis (kulup menempel erat di kepala penis)
- Keluar cairan berbau tidak sedap
- Timbul luka di sekitar kulup
Yang perlu kamu ketahui, gejala ini biasanya tergantung dari faktor penyebab balanopostitis itu sendiri. Misalnya, karena infeksi jamur maka gejalanya bisa berupa rasa gatal, sensasi terbakar, dan perubahan warna putih di area sekitar penis dan kulup.
Penyebabnya
Sejumlah faktor mungkin saja bisa meningkatkan risiko balanopostitis semakin parah. Umumnya, penyakit ini disebabkan oleh beberapa infeksi menular seksual, seperti:
- Infeksi jamur penis
- Klamidia
- Gonore
- Herpes Simpleks
- HPV (Human Papillomavirus)
- Sifilis
Selain dari infeksi, penyakit ini bisa disebabkan oleh faktor lainnya, yaitu balanitis kronis, eksim, cedera penis karena trauma, iritasi akibat menggaruk berlebihan, iritasi karena paparan zat kimia, dan artritis reaktif.
Bahkan, aktivitas sehari-hari juga bisa mengakibatkan balanopostitis. Misalnya, paparan zat klorin di kolam renang dapat menyebabkan iritasi penis. Bahkan, balanopostitis dapat terjadi dalam beberapa hari setelah kamu melakukan hubungan seksual akibat alergi dari penggunaan kondom lateks.
Cara Mengatasi Balanopostitis
Apabila kamu merasakan adanya gejala-gejala terkait, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis urologi (urologist) atau dokter spesialis kulit (dermatologist).
Dokter akan menanyakan gejala apa yang kamu rasakan dan melakukan pemeriksaan pada penismu. Atau dokter melakukan pengambilan sampel melalui cara swab dari kepala penis hingga kulup dan diperiksa di laboratorium. Berdasarkan gejala yang kamu alami, umumnya juga memerlukan tes pemeriksaan darah atau biopsy.
Terkadang, balanopostitis tidak diketahui pasti apa penyebabnya. Dalam hal ini, pengobatannya hanya untuk meminimalisir rasa tidak nyaman saat berkemih maupun berhubungan seksual. Umumnya, dokter juga akan memberikan obat antibiotik dan krim/salep anti jamur untuk mengatasi balanopostitis.
Namun, jika ingin mencegah terjadinya kondisi balanopostitis, kamu bisa melakukan sunat agar kebersihan kulup dan kepala penis bisa lebih terjaga dengan baik. Sunat adalah prosedur bedah yang bertujuan untuk memotong/membuang lapisan kulit yang menutup kepala penis (kulup). Dengan melakukan tindakan sunat, penis bisa lebih sehat dan mencegah terjadinya berbagai risiko penyakit berbahaya. Selain itu, jangan malas untuk membersihkan penismu dan segera keringkan agar area penis tidak menjadi lembab. Hindari menggunakan sabun terlalu banyak atau yang mengandung banyak zat kimia berbahaya untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada penis
Baca juga: Waspada, Gejala Penyakit Menular Seksual Pada Pria yang Perlu Diketahui