Trauma pada anak biasanya muncul ketika anak mengalami kejadian menakutkan, menegangkan, membahayakan, hingga menyakitkan yang berdampak pada respon emosional mereka. Mengutip dari The National Child Traumatic Stress Network (2019) menyebutkan bahwa pengalaman traumatis yang anak lalui bisa memicu emosi dan reaksi fisik yang kuat dan dapat bertahan lama, bahkan saat anak beranjak dewasa kelak. Selain itu, sebuah studi dari National Library of Medicine (2018) menyebutkan bahwa seseorang yang pernah mengalami kejadian trauma di masa kecil, pada saat dewasa akan lebih mudah mengalami depresi, gangguan kecemasan, hingga lebih mudah memiliki kepribadian yang menyimpang.
Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita harus selalu menyadari pentingnya melakukan pencegahan, hingga penyembuhan pada anak yang mengalami kejadian traumatis.
Gejala trauma pada anak
Salah satu hal yang dapat kita lakukan sebagai orang tua adalah dengan melihat gejala tanda yang muncul dari anak yang mengalami gejala trauma. Hal ini penting untuk orang tua lakukan agar dapat mempercepat pemulihan. Berikut adalah beberapa gejala yang sering muncul pada anak yang mengalami trauma, di antaranya:
- Ketakutan, terutama ketika harus berpisah dengan orang tua
- Sering menangis
- Sulit berkonsentrasi
- Mudah cemas dan mudah merasa takut terhadap hal-hal kecil
- Kesulitan untuk tertidur
- Perubahan perliaku, menjadi lebih diam atau justru menjadi lebih aktif
- Mengisolasi diri dari lingkungan teman/keluarga
- Bereaksi berlebihan terhadap sesuatu, misalnya menjadi sangat pemarah
- Mengalami gangguan makan dan penurunan berat badan
- Perubahan perilaku yang cenderung bersikap seperti bayi kembali, seperti mengompol, berbicara mengoceh, dll.
- Sering mengeluh sakit pada perut, pusing, tanpa adanya latar belakang medis.
Selain beberapa gejala di atas, biasanya gejala trauma pada bayi di bawah umur 3 tahun akan sulit terdeteksi karena belum bisa mengekspresikan rasa takut melalui bahasa verbal.
Trauma Khitan
Alat sunat modern menjadi salah satu solusi menghindari risiko trauma pada anak. Salah satu alat sunat modern adalah penggunaan alat bius tanpa jarum suntik. Banyak orang yang takut akan jarum baik anak-anak maupun dewasa.
The American Psychiatric Association berpendapat, 10% orang di dunia yang memiliki rasa takut yang berlebih (fobia) terhadap jarum suntik. Pada umumnya, mereka yang memiliki fobia ini akan menghindari tindakan medis yang menggunakan jarum suntik. Salah satu tindakan medis yang memerlukan jarum suntik adalah sunat.
Sunat di Indonesia biasanya dilakukan ketika anak memasuki usia 5-10 tahun. Pada usia inilah mereka sudah mengenal rasa takut dan rasa sakit. Terlebih lagi, jika anak sudah bertemu dengan dokter, yang mereka pikirkan adalah dokter identik dengan jarum suntik, hal itulah yang akhirnya membuat anak enggan untuk disunat.
Tidak hanya takut jarum suntik yang membuat anak takut untuk sunat. Sebab lainnya adalah jika saja baik keluarga atau teman-temannya menceritakan hal-hal yang menakutkan mengenai sunat, seperti sunat itu sakit atau sunat menggunakan benda tajam. Tidak hanya akan takut anak akan mengalami trauma.
Maka tak heran, banyak anak yang takut duluan ketika mendengar ajakan sunat dari orangtua. Inilah yang menyebabkan banyak anak yang sebenarnya sudah melewati waktu sunat tetap menolak untuk sunat.
Baca Juga: HINDARKAN TRAUMA DENGAN KHITAN TANPA SUNTIK DI RUMAH SUNAT DR. MAHDIAN
Hindari Trauma Khitan Pada Anak
Untuk itu perlu melakukan beberapa cara untuk membantu menghilangkan rasa trauma itu. Misalnya memberikan pengertian tentang sunat, pentingnya sunat, menggunakan alat apa saja saat sunat. Saat ini banyak klinik yang melayani jasa sunat dan tidak menutup kemungkinan mereka memiliki media sosial. Orangtua dapat memperlihatkan video mengenai metode sunat yang digunakan atau dengan memperlihatkan testimoni dari pasien. Hal itu akan membuat anak memupuk rasa beraninya.
Kemudian, ketika anak sudah berani untuk melakukan sunat, orangtua dapat mendampingi anak saat proses tindakan berlangsung. Selanjutnya, selama masa perawatan pascasunat, orangtua harus memberikan keyakinan bahwa untuk menjadi sembuh, biasanya harus didahului dengan rasa nyeri atau gatal. Rasa nyeri itu lama-lama akan berkurang.
Saat ini tekonologi dalam dunia medis semakin berkembang pesat. Jika dulu, untuk memberikan obat melalui jarum suntik, saat ini dapat menggunakan alat pengganti jarum suntik atau needle free injection (Comfort In). Penggunaan alat ini dalam dunia sunat sangat membantu untuk anak yang takut jarum suntik karena minim rasa nyeri dan obat yang lebih cepat meresap.
Selain penggunaan teknologi pengganti jarum suntik, ada juga metode sunat modern juga sangat berpengaruh. Misalnya dengan alat sunat modern berupa metode sunat Optical Maser. Sunat dengan metode ini dapat membuat anak tetap dapat beraktivitas seperti biasa dan minim risiko.
Baca Juga: Biaya Sunat Tanpa Suntik 2023